Kamis, 14 Juli 2016

MAKALAH Pend.Multikultural Kebudayaan Bali




BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau serta mempunyai berbagai macam kebudayaan. Salah satu kebudayaan Indonesia yang sangat terkenal bahkan sampai ke luar negeri, ialah kebudayaan Bali. Bali terkenal akan keindahan serta kesenian yang dimilikinya, yeng membuat Bali memiliki daya tarik tersendiri, sehingga tidak heran di Bali akan kita temui orang-orang dari seluruh dunia, bukan hanya dari Indonesia.

Provinsi bali merupakan salah satu provinsi yang cukup terkenal di Indonesia karena merupakan salah satu aset devisa negara Indonesia  yang cukup tinggi di bidang pariwisatanya, sehingga banyak orang asing yang datang dan berdampak pada budaya asli Bali. Di tempat-tempat wisata tentu perbedaan ras, budaya dan pola hidup sering kita temukan.
Dapat kita lihat dari bahasa yang digunakan, makanan yang dikonsumsi, maupun hiburaan-hiburan yang dibutuhkan semua berbeda. Patut kita tiru, walau terdapat banyak perbedaan masyarakat Bali tetap santun dalam melayani wisatawan.
Oleh karena itu masyarakat Bali dikenal dengan penduduknya yang ramah. Selain itu budaya masyarakat Bali masih tetap kokoh walau berbaur dengan kebudayaan yang berbeda. Maka penulis tertarik untuk memaparkan tentang PENGARUH BUDAYA ASING TERHADAP KEBUDAYAAN BALI

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Kebudayaan Bali dan bahasa yang digunakan?
2.      Bagaimana system pengetahuan, teknologi dan kemasyarakatan di Bali?
3.      Bagaimana system mata pencaharian masyarakat Bali?
4.      Bagaimana system religi masyarakat Bali?
5.      Apa saja kesenian masyarakat Bali?
6.      Bagaimana pengaruh budaya asing terhadap budaya Bali?

C.    TUJUAN PENULISAN
1.      Untuk mengetahui kebudayaan Bali dan bahasa yang digunakan.
2.      Untuk mengetahui system pengetahuan, teknologi dan kemasyarakatan di Bali.
3.      Untuk mengetahui system mata pencaharian masyarakat Bali.
4.      Untuk mengetahui system religi masyarakat Bali.
5.      Untuk mengetahui kesenian masyarakat Bali.
6.      Untuk mengetahui pengaruh budaya asing terhadap budaya Bali.













BAB II
PEMBAHASAN

1.      Kebudayaan Bali dan Bahasa yang Digunakan
Bali berasal dari kata “Bal” dalam bahasa Sansekerta berarti “Kekuatan”, dan “Bali” berarti “Pengorbanan” yang berarti supaya kita tidak melupakan kekuatan kita. Supaya kita selalu siap untuk berkorban. Bali mempunyai 2 pahlawan nasional yang sangat berperan dalam mempertahankan daerahnya yaitu I Gusti Ngurah Rai dan I Gusti Ketut Jelantik.
Ibukota Provinsi Bali adalah Denpasar. Provinsi bali sendiri tidak hanya terdiri dari pulau (dewata) Bali saja, namun juga terdiri dari banyak pulau yang lain, contohnya pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan, Nusa Ceningan, dan lain – lain. Provinsi Bali secara astronomis terletak di 8° LS dan 115° BT. Daerah ini masih memiliki iklim tropis seperti Provinsi lainnya di Indonesia. Secara geografis provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur, dan Selat Bali di sebelah barat, Laut Bali di sebelah utara, samudera hindia di sebelah selatan, dan Selat Lombok di sebelah timur.
 Penduduk Bali terdiri dari dua, yaitu penduduk asli Bali atau disebut juga Bali Aga (baca :bali age) dan penduduk bali keturunan Majapahit. Sedangkan kebudayaan Bali memiliki kebudayaan yang khas karena secara belum terpengaruhi oleh budaya lain.
Bahasa Bali merupakan bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan lebih spesifik dari anak cabang Bali-Sasak. Bahasa ini dipergunakan di pulau Bali, pulau Lombok bagian barat, dan sedikit di ujung timur pulau Jawa. Di Bali sendiri Bahasa Bali memiliki tingkatan penggunaannya, yaitu:
a)      Bali Alus, untuk bertutur formal misalnya dalam pertemuan di tingkat desa adat, meminang wanita, atau antara orang berkasta rendah dengan berkasta lebih tinggi.
b)      Madya dipergunakan di tingkat masyarakat menengah misalnya pejabat dengan bawahannya.
c)      Kasar digunakan oleh orang kelas rendah misalnya kaum sudra atau antara bangsawan dengan abdi dalemnya.
Kebudayaan Bali sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keseimbangan dan harmonisasi mengenai hubungan manusia dengan Tuhan ( parhyangan) hubungan sesama manusia (pawongan ), dan hubungan manusia dengan lingkungan (palemahan), yang tercermin dalam ajaran Tri Hita Karana (tiga penyebab kesejahteraan). Apabila manusia mampu menjaga hubungan yang seimbang dan harmonis dengan ketiga aspek tersebut maka kesejahteraan akan terwujud.
Selain nilai-nilai keseimbangan dan harmonisasi, dalam kebudayaan Bali juga dikenal adanya konsep tri semaya yakni persepsi orang Bali terhadap waktu. Menurut orang Bali masa lalu (athita ), masa kini ( anaghata ) dan masa yang akan datang ( warthamana ) merupakan suatu rangkaian waktu yang tidak dapt dipisahkan satu dengan lainnya. Kehidupan manusia pada saat ini ditentukan oleh hasil perbuatan di masa lalu, dan perbuatan saat ini juga menentukan kehidupan di masa yang akan datang.
Dalam ajaran hukum karma phala disebutkan tentang sebab-akibat dari suatu perbuatan, perbuatan yang baik akan mendapatkan hasil yang baik, begitu pula sebaliknya.

§  Pakaian Adat
Bali juga memiliki bermacam-macam variasi pakaian adat. Untuk perempuan yang masih remaja menggunakan sanggul gonjer, sedangkan perempuan atau wanita dewasa menggunakan sanggul tagel, kemudian menggunakan sesentang atau kemben songket, Kain wastra, Sabuk prada (stagen) untuk membelit pinggul dan dada, Selendang songket bahu ke bawah, Kain tapih atau sinjang, di sebelah dalam, Beragam ornamen perhiasan, Sering pula dikenakan kebaya, kain penutup dada, dan alas kaki sebagai pelengkap.
Untuk pria menggunakan ikat kepala atau udeg lalu menggunakan selendang pengikat atau umpal, kain kampuh, kain wastra, keris, sabuk, kemeja atau jas, serta ornament yang digunakan untuk menghiasi penampilan pria.

§  Rumah Adat
Rumah adat Bali harus sesuai dengan aturan Asta Kosala Kosali ajaran terdapat pada kitab suci Weda yang mengatur soal tata letak sebuah bangunan yang hampir mirip dengan ilmu Feng Shui dalam ajaran Budaya China. Rumah adat Bali harus memenuhi aspek pawongan (manusia/penghuni rumah), pelemahan (lokasi/lingkungan) dan yang terahir parahyangan.
Pada umumnya rumah Bali di penuhi dengan pernak-pernik hiasan, ukiran serta warna yang alami lalu patung-patung symbol ritual. Bangunan Rumah Adat Bali terpisah-pisah manjadi banyak bangunan-bangunan kecil dalam satu area yang disatukan oleh pagar yang mengelilinginya. Seiring perkembangan jaman mulai ada perubahan pada bangunan dimana bangunannya  tidak lagi terpisah-pisah.
§  Tata Cara Penamaan
Untuk membedakan jenis kelamin, masyarakat Bali menggunakan awalan “I” untuk anak laki-laki dan awalan “Ni” untuk anak perempuan. Untuk anak pertama, biasanya diberi awalan “Wayan”, yang diambil dari kata "wayahan" yang artinya "tertua/lebih tua/yang paling matang". Selain Wayan, nama depan untuk anak pertama juga sering digunakan adalah "Putu" dan "Gede". Kata “Putu” artinya "cucu", sedangkan “Gede” artinya "besar/lebih besar". Dua awalan nama ini biasanya digunakan oleh masyarakat Bali bagian utara dan barat, sedangkan di Bali bagian timur dan selatan cenderung memakai nama Wayan.
Untuk anak perempuan kadang juga diberi tambahan kata “Luh”. Untuk anak kedua, biasanya diberi awalan "Made", diambil dari kata "madya (tengah)". Di beberapa daerah di Bali, anak kedua juga dapat diberi nama depan "Nengah" yang juga diambil dari kata "tengah". Ada juga yang menggunakan awalan “Kadek” yang merupakan serapan dari kata “adi” yang bermakna "utama atau adik".
Untuk anak ketiga, biasanya diberi nama depan "Nyoman" atau "Komang". Nyoman konon diambil dari kata "nyeman (lebih tawar)" yang asalnya dari lapisan terakhir pohon pisang, sebelum kulit terluar, yang rasanya cukup tawar. Nyoman. Komang, secara etimologis berasal dari kata "uman" yang bermakna “sisa / akhir”.Untuk anak keempat, biasanya diawali dengan “Ketut”, yang merupakan serapan dari kata “ke + tuut” yang bermakna "mengikuti / mengekor". Ada juga yang mengkaitkan dengan kata kuno "Kitut" yang berarti sebuah pisang kecil di ujung terluar dari sesisir pisang. Karena program KB yang dianjurkan pemerintah, semakin sedikit orang Bali yang berawalan Ketut.
Untuk keturunan dari kasta Brahmana, biasanya digunakan awalan "Ida Bagus" untuk laki-laki dan "Ida Ayu" untuk perempuan. Kasta Brahmana adalah kasta dari profesi pemuka agama, misalnya pendeta.Untuk keturunan dari kasta Ksatria, biasanya digunakan awalan "Anak Agung", "I Gusti Agung", "Cokorda", "I Dewa", "Desak" (perempuan), "Dewa Ayu" (perempuan), "Ni Gusti Ayu" (perempuan), dan "I Gusti Ngurah". Kasta Ksatria merupakan kasta dengan profesi pelaksana pemerintahan (PNS) dan pembela negara (TNI/POLRI). Untuk keluarga yang memiliki lebih dari empat anak, dapat digunakan kembali nama-nama depan sebelumnya sesuai urutannya untuk anak kelima dan seterusnya. Ada juga yang sengaja menambahkan kata "Balik" setelah nama depan anaknya untuk memberi tanda bahwa anak tersebut lahir setelah anak yang keempat.
2.      System Pengetahuan, teknologi dan Kemasyarakatan Masyarakat Bali
a)      System pengetahuan
Masyarakat Bali memiliki berbagai sistem pengetahuan yang bersumber dari Agama Hindu dan budaya India, antara lain:
§  sistem pengobatan (ausadha)
§  pembangunan rumah (hastakosalakosali dan hastabhumi
b)      system teknologi
§  system pengairan yaitu system subak yang mengatur pengairan dan penanaman di sawah-sawah.
§  arsitektur yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan yang menyerupai bangunan Feng Shui. Arsitektur merupakan ungkapan perlambang komunikatif dan edukatif.
§  senjata tradisional yaitu salah satunya keris. Selain untuk membela diri, menurut kepercayaan bila keris pusaka direndam dalam air putih dapat menyembuhkan orang yang terkena gigitan binatang berbisa.

c)      System kemasyarakatan
Dasar-dasar pokok sistem sosial kemasyarakatan orang Bali menurut Geria (2000:63) bertumpu pada empat landasan utama, yaitu:
1)      Kekerabatan, yang berlandaskan prinsip patrilineal. Kelompok-kelompok kekerabatan merentang dari unit terkecil, yaitu keluarga inti, meluas ke unit menengah keluarga luas, sampai dengan klan patrilineal. Yang termasuk dalam kekerabatan, adalah upacara :
§  Perkawinan, dalam upacara perkawinan ada beberapa upacara yang harus dilalui, yaitu:
Upacara ngekeb yang bertujuan untuk mempersiapkan calon pengantin wanita dari kehidupan remaja menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga memohon doa restu kepada Tuhan Yang Maha Esa agar bersedia menurunkan kebahagiaan kepada pasangan ini serta nantinya mereka diberikan anugerah berupa keturunan yang baik.
Dan sore harinya, seluruh tubuh calon pengantin wanita diberi luluran yang terbuat dari daun merak, kunyit, bunga kenanga, dan beras yang telah dihaluskan. Dipekarangan rumah disediakan wadah berisi air bunga untuk keperluan mandi calon pengantin. Selain itu air merang pun tersedia untuk keramas.
Kemudian dilanjutkan upacara dalam kamar pengantin, yang telah disediakan sesajen. Setelah masuk dalam kamar biasanya calon pengantin wanita tidak diperbolehkan lagi keluar dari kamar sampai calon suaminya datang menjemput.
Pada saat acara penjemputan dilakukan, pengantin wanita seluruh tubuhnya mulai dari ujung kaki sampai kepalanya akan ditutupi dengan selembar kain kuning tipis. Hal ini sebagai perlambang bahwa pengantin wanita telah bersedia mengubur masa lalunya sebagai remaja dan kini telah siap menjalani kehidupan baru bersama pasangan hidupnya.
Mungkah Lawang (Buka Pintu) yaitu, adat mengetuk pintu pengantin wanita sebanyak tiga kali, sebagai bentuk bahwa pengantin pria telah datang untuk menjemput pengantin wanita dan memohon agar segera dibukakan pintu.
Upacara Mesegehagung, ketika kedua pengantin di pekarangan rumah pengantin pria, keduanya turun dari tandu untuk bersiap melakukan upacara Mesegehagung yang tak lain bermakna sebagai ungkapan selamat datang kepada pengantin wanita. kemudian keduanya ditandu lagi menuju kamar pengantin. Ibu dari pengantin pria akan memasuki kamar tersebut dan mengatakan kepada pengantin wanita bahwa kain kuning yang menutupi tubuhnya akan segera dibuka untuk ditukarkan dengan uang kepeng satakan yang ditusuk dengan tali benang Bali dan biasanya berjumlah dua ratus kepeng.
Kemudian ada juga upacara Madengen dengan, yang bertujuan untuk membersihkan diri atau mensucikan kedua pengantin dari energi negatif dalam diri keduanya. Upacara dipimpin oleh seorang pemangku adat atau Balian.
Mewidhi Widana, merupakan acara penyempurnaan pernikahan adat bali untuk meningkatkan pembersihan diri pengantin yang telah dilakukan pada acara sebelumnya. Lalu keduanya menuju merajan yaitu tempat pemujaan untuk berdoa mohon izin dan restu Yang Kuasa.
Mejauman Ngabe Tipat Bantal, yaitu Setelah beberapa hari menikah, baru upacara ini dilaksanakan. Acara ini dilakukan untuk memohon pamit kepada kedua orang tua serta sanak keluarga pengantin wanita, terutama kepada para leluhur, bahwa mulai saat itu pengantin wanita telah sah menjadi bagian dalam keluarga besar suaminya.
§  Potong Gigi
Wajib dilakukan oleh laki-laki dan wanita yang beranjak dewasa yang di tandai datangnya menstruasi untuk wanita dan membesarnya suara untuk laki-laki. Potong gigi berarti merapikan atau mengikir enam gigi pada rahang atas, yaitu empat gigi seri dan dua taring kiri dan kanan yang dipercaya untuk menghilangkan enam sifat buruk yang melekat pada diri seseorang, yaitu kama (hawa nafsu), loba (tamak), krodha (amarah), mada (mabuk), moha (bingung), dan matsarya (iri hati atau dengki).
§  Kematian
Upacara kematian masyarakat Bali disebut upacara ngaben, yaitu upacara pembakaran bagi orang yang sudah meninggal. Pada intinya upacara ini untuk mengembalikan roh leluhur (orang yang sudah meninggal) ke tempat asalnya. Seorang Pedanda mengatakan manusia memiliki Bayu, Sabda, Idep, dan setelah meninggal Bayu, Sabda, Idep itu dikembalikan ke Brahma, Wisnu, Siwa selaku Dewa yang dipercaya oleh masyarakat atau umat hindu khususnya masyarakat hindu Bali.

2)      Wilayah, yang terwujud dalam bentuk komunitas desa adat dengan sub sistemnya menggunakan banjar atau desa.
3)      Agraris, yang berkembang sebagai organisasi subak.
4)      Kepentingan khusus, yang terwujud sebagai organisasi sekaa.

3.      System Mata Pencaharian
Mata pencarian penduduk beraneka ragam yang meliputipekerjaan sebagai petani, pengerajin, pedagang dan berbagai jasakhususnya bidang kepariwisataan. Pertanian merupakan matapencarian pokok masyarakat dan sebagian besar masyarakat baliadalah petani. Jenis pertanian meliputi pertanian sawah danperkebunan. Didalam system pertanian di bali subak memegangperanan yang sangat penting.
Pada umumnya masyarakat bali bermata pencaharian mayoritas bercocok tanam, pada dataran yang curah hujannya yang cukup baik, pertenakan terutama sapi dan babi sebagai usaha penting dalam masyarakat pedesaan di Bali, baik perikanan darat maupun laut yang merupakan mata pecaharian sambilan, kerajinan meliputi kerajinan pembuatan benda anyaman, patung, kain, ukir-ukiran, percetakaan, pabrik kopi, pabrik rokok, dll.
Usaha dalam bidang ini untuk memberikan lapangan pekerjaan pada penduduk. Karena banyak wisatawan yang mengunjungi bali maka timbullah usaha perhotelan, travel, toko kerajinan tangan.
4.      System Religi
Sebagian besar masyarakat di Bali menganut agama Hindu sekitar 95%, dari jumlah penduduk Bali, sedangkan sisanya 5% adalah penganut agama Islam, Kristen, Katholik, Budha, dan Kong Hu Cu. Tujuan hidup ajaran Hindu adalah untuk mencapai keseimbangan dan kedamaian hidup lahir dan batin. Orang Hindu percaya adanya 1 Tuhan dalam bentuk konsep Trimurti, yaitu wujud Brahmana (sang pencipta), wujud Wisnu (sang pelindung dan pemelihara), serta wujud Siwa (sang perusak). Tempat beribadah dibali disebut pura. Agama hindu memiliki kerangka dasar meliputi tiga hal yaitu:
§  tatwa (filsafat)
§  etika (tata susila)
§  yadnya (upacara)
Orang yang meninggal dunia pada orang Hindu diadakan upacara Ngaben yang dianggap sanggat penting untuk membebaskan arwah orang yang telah meninggal dunia dari ikatan-ikatan duniawinya menuju surga. Ngaben itu sendiri adalah upacara pembakaran mayat. Hari raya umat agama hindu adalah Nyepi yang pelaksanaannya pada perayaan tahun baru saka pada tanggal 1 dari bulan 10 (kedasa), selain itu ada juga hari raya galungan, kuningan, saras wati, tumpek landep, tumpek uduh, dan siwa ratri.
Agama hindu berdasarkan pada kitab suci Wedha, yang keseluruhannya dihimpun dalam empat samhita, yaitu Reg Wedha Samhita, Sama Wedha Samhita, Yayur Wedha Samhita, dan Atharwa Wedha Samhita.
Pada hakikatnya ajaran agama hindu adalah panca cradha yang artinya lima keyakinan , yaitu:
§  Widi Cradha adalah keyakinan terhadap Sang Hyang Widhi atau Tuhan Yang Maha Esa.
§  Atma Cradha adalah keyakinan akan adanya atman atau  jiwa pada setiap makhluk.
§  Karma Phala Cradha adalah keyakinan terhadap hukum perbuatan.
§  Purnabhawa Cradha adalah keyakinan terhadap adanya reinkarnasi atau kelahiran kembali setelah kematian.
§  Moksa Cradha adalah keyakinan terhadap moksa yaitu kebahagiaan yang kekal abadi.

Ketika Agama Hindu masuk ke Bali, masyarakat Bali saat itu telah menganut kepercayaan kepada roh suci leluhur, adanya penguasa alam, dan gunung-gunung yang dianggap suci. Agama Hindu yang memiliki keyakinan (Sraddha) yang sama dengan kepercayaan setempat, yakni Pitrapuja (pemujaan kepada roh suci leluhur) mudah saja diterima oleh masyarakat Bali saat itu.
Dan hal tersebut berlangsung hingga saat ini. Kedatangan Agama Hindu ke Bali tidak mengubah kepercayaan setempat tetapi memberikan pencerahan dengan lebih mengembangkan kepercayaan setempat.

5.      Kesenian Masyarakat Bali
a)      Seni Bangunan
Seni bangunan nampak pada bangunan candi yang banyak terdapat di Bali, seperti Gapura Candi Bentar.

b)      Seni Tari
Tari tradisional Bali antara lain :
§  Tari Barong
Yang mengambarkan pertarungan yang sengit antara kebaikan melawan kejahatan. Barong vs Rangda ialah dua eksponen yang saling kontradiktif satu dengan yang lainnya. Barong dilambangkan dengan kebaikan, dan lawannya Rangda ialah manifestasi dari kejahatan. Tari Barong biasanya diperankan oleh dua penari yang memakai topeng mirip harimau sama halnya dengan kebudayaan Barongsai dalam kebudayaan China. Sedangkan Rangda berupa topeng yang berwajah menyeramkan dengan dua gigi taring runcing di mulutnya.
§  Tari Kecak
Di ciptakan pada tahun 1930 yang dimainkan oleh laki-laki. Tari ini biasanya diperankan oleh banyak pemain laki-laki yang posisinya duduk berbaris membentuk sebuah lingkaran dengan diiringi oleh irama tertentu yang menyeruakan “cak” secara berulang-ulang, sambil mengangkat kedua tangannya. Tari Kecak ini menggambarkan kisah Ramayana di mana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana.
§  Tari Pendet
Di tarikan sebagai tari selamat datang untuk menyambut kedatangan para tamu dan undangan dengan menaburkan bunga, dan ekspresi penarinya penuh dengan senyuman manis. Pada awalnya tarian ini digunakan pada acara ibadah di pura sebagai bentuk penyambutan terhadap dewa yang turun ke dunia.

§  Tari Panji Semirang
Tarian ini di mainkan oleh perempuan. Tari Panji Semirang adalah tarian yang menggambarkan seorang putri raja bernama Galuh Candrakirana, yang menyamar menjadi seorang laki-laki setelah kehilangan suaminya. Dalam pengembaraannya ia mengganti namanya menjadi Raden Panji.

§  Tari Condong
Tarian ini adalah tarian klasik Bali yang memiliki gerakan yang sangat kompleks dan menggambarkan seorang abdi Raja.

§  Tari Condong
Tarian ini adalah tarian klasik Bali yang memiliki gerakan yang sangat kompleks dan menggambarkan seorang abdi Raja.

c)      Seni Musik
§  Gamelan Bali
§  Rindik, merupakan alat musik khas Bali yang terbuat dari bambu yang bernada selendro. Alat musik ini dimainkan oleh 2 sampai 4 orang, 2 orang menabuh rindik sisanya meniup seruling. Alat musik ini digunakan untuk pementasan tarian joget bumbung dan untuk acara pernikahan.

d)     Kerajinan
§  tas anyaman
§  ukiran bali berupa pajangan ataupun untuk pintu
§  kerajinan tangan yang terbuat dari perak maupun kaca
§  topeng kayu asal Bali
§  pernak pernik accessories Bali


6.      Pengaruh Budaya Asing Terhadap Budaya Bali.

a)      Dampak Positif
Bali memiliki daya tarik wisata yang mengagumkan, sehingga dapat menarik jutaan wisatawan asing, dan hamper semua media Internasional yang berhubungan dengan pariwisata menjadikan Bali berada di tempat teratas dalam tujuan tempat wisata tropis, karena tradisi dan budayanya. Hal ini berdampak pada pendapatan devia Negara Indonesia.
Salah satu dampak positif budaya asing yang masuk dalam kebudayaan Bali adalah, penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional dikalangan masyarakat Bali dari anak-anak hingga orang dewasa, hal ini di sebabkan banyaknya turis asing yang berdatangan di Bali, yang membuat masyarakat Bali harus menggunakan bahasa Inggris ketika berkomunikasi pada turis Asing. Sehingga masyarakat Bali, lebih cepat mengerti dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Inggis. Dampak positif lainnya dapat ditemukan dalam hal pelestarian budaya, adat istiadat, cara hidup, kesenian, penyediaan lapangan pekerjaan, dan membangkitkan perekonomian nasyarakat lokal.

b)      Dampak Negatif
Selain dampak positif, budaya asing juga berdampak negatif terhadap budaya Bali. Seperti yang kita ketahui Indonesia secara umum, dan Bali secara khusus sangat menjunjung tinggi nilai kesopanan dan kesusilaan. Dengan adanya budaya asing yang sedikit bertentangan dengan kebudayaan Indonesia, dimana nilai kesopanan dan kesusilaan yang sangat kurang dibandingkan Negara kita, mengakibatkan Bali sangat rentan terhadap praktek prostitusi, kebiasaan meminum minuman beralkohol, serta tindak kejahatan.

BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Bali berasal dari kata “Bal” dalam bahasa Sansekerta berarti “Kekuatan”, dan “Bali” berarti “Pengorbanan” yang berarti supaya kita tidak melupakan kekuatan kita.
Masyarakat Bali memiliki berbagai sistem pengetahuan yang bersumber dari Agama Hindu dan budaya India. System kemasyarakatannya adalah kekerabatan, wilayah, agraris, dan kepentingan khusus.
Mata pencarian penduduk beraneka ragam yang meliputipekerjaan sebagai petani, pengerajin, pedagang dan berbagai jasakhususnya bidang kepariwisataan. Sebagian besar masyarakat Bali menganut agama Hindu.
Dampak positif budaya asing terhadap budaya Bali ditemukan dalam hal pelestarian budaya, adat istiadat, cara hidup, kesenian, penyediaan lapangan pekerjaan, dan membangkitkan perekonomian nasyarakat lokal. Sedangkan dampak negatifnya Bali sangat rentan terhadap praktek prostitusi, kebiasaan meminum minuman beralkohol, serta tindak kejahatan.

B.     Saran
Maka sebagai bangsa Indonesia secara umum, dan mahasiswa secara khusus kita harus tetap menjaga kelestarian kebudayaan Indonesia dan Bali khususnya, serta tetap menjunjung tinggi nilai kesopanan dan kesusilaan, serta tidak meniru budaya asing yang bersifat negatif, walaupun kita bukan masyarakat Bali.



DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya








1 komentar:

  1. makalah nya bagus ko


    http://www.marketingkita.com/2017/08/pengertian-pemasaran-dalam-ilmu-marketing.html

    BalasHapus